Senin, 18 November 2019

Wawancara Bos Starbucks Indonesia_Tak Cukup di Mal

Wawancara Bos Starbucks Indonesia:Tidak Cukup di Mal

Jakarta - Dengar nama Starbucks, orang tentu ingat akan satu cangkir kopi. Beberapa yang lain mungkin memikirkan satu gerai kecil yang hangat, dengan sinar temaram serta penuh aroma kopi.

Citra itu sukses dimasukkan PT Sari Coffee Indonesia. Semenjak 2002, pemilik waralaba Starbucks ini sukses meningkatkan sayap di 10 kota besar di Indonesia serta membuat 152 gerai.

Ialah Anthony Cottan, nakhoda dibalik aksi Sari Coffee. Pria 49 tahun ini terus mengembangkan sayap Starbucks ke semua Indonesia. Strateginya yang pantas dipuji ialah membuat gerai di beberapa tempat yang tidak biasa. Starbucks juga tidak hanya dapat didapati di mal.

Pada Bernadette Christina dari Tempo, Cottan menjelaskan aksi serta taktik Starbucks di Indonesia. Di bawah ini cuplikan wawancaranya.

Bagaimana awal Starbucks masuk ke Indonesia?

Sebenarnya, Starbucks terkait dengan Indonesia semenjak 1970-an. Kantor pusat Starbucks di Seattle, Amerika Serikat, seringkali pesan kopi dari Sumatera serta Jawa. Walau hubungan telah lumayan lama, terdapat beberapa alasan untuk buka gerai di Indonesia. Baru sesudah pelajari diakhir 1999, Starbucks memilih 200 perusahaan calon partner di Indonesia. Sesudah due dilligence 2-3 tahun, pada akhirnya Partner Adi Perkasa dipilih pada 2001.

Bagaimana pasar Starbucks di Indonesia pada sebuah dekade paling akhir?

Beralih. Sekarang, customer kami ada di tenggang usia 18-35 tahun. Awalnya, didominasi pelaku bisnis atau golongan yang lebih mapan. Sebaliknya, dahulu ada pula customer muda tetapi saat ini telah tumbuh jadi warga kelas menengah. Mereka tumbuh bersama dengan Starbucks dalam 10 tahun paling akhir. Gw cukup senang dengan perkembangan itu.

Sebegitu cepat perkembangan pasar di Indonesia dibanding dengan di negara lain?

Pasar kami di Indonesia tumbuh dua digit, sekitar 10-20 % dalam 3 tahun. Indonesia ialah hanya satu negara di Asia dimana perkembangan pasar kami dua digit dengan berkelanjutan. Bila disaksikan keseluruhannya, perkembangan penjualan sampai lebih dari 30 % sebab ada beberapa toko baru. Dalam satu tahun, kami membidik untuk meningkatkan 25-30 gerai.

Apa kekurangan pasar di Indonesia?

Perkembangan pasar Indonesia lumayan besar. Tetapi volume transaksi sehari-hari belum begitu besar, mungkin 30 % lebih rendah dibanding di Singapura yang mempunyai penghasilan per kapita semakin besar. Tapi kesempatan untuk meningkatkannya masih besar, bergantung langkah menarik makin banyak customer.

Apa taktik spesial Starbucks di Indonesia?

Untuk jaga kesetiaan konsumen setia, ada dua hal yang dikerjakan, yaitu mengeluarkan Starbucks Card, jadi stimulan pada konsumen setia setia sekaligus juga menarik konsumen setia baru, dan berupaya kreatif dalam buka tempat baru. Contohnya di rumah sakit, kampus atau service drive thru di jalan tol. Bila cuma di pusat belanja atau mal, pasti tidak cukup.

Contoh yang menarik ialah kampus. Kenapa tempat ini yang diincar?

Kami telah buka dua gerai, yaitu di Kampus Petra, Surabaya, serta Uni­ver­sitas Indonesia, Depok. Universitas jadi pilihan sebab jadi tempat berkumpulnya beberapa penentu hari esok, mahasiswa yang akan menggerakkan Indonesia. Walau tidak membuahkan uang banyak, gerai di kampus menghu­bungkan kami dengan beberapa orang mungkin itu semenjak mereka muda. Rumah sakit juga bukan fragmen paling ramai. Tapi kami melihat enam gerai yang ada jadi media un­tuk dekati konsumen setia. Kami cuma coba ada di beberapa tempat yang berlainan.

Bagaimana dengan gagasan menambahkan outlet di waktu akan datang?

Kami ingin meningkatkan 100 toko dalam 3 tahun, hingga dalam 3 tahun akan datang kami akan punyai 250 toko. Sasarannya tidak tinggi, sebab kami berupaya menyamakan diri dengan perkembangan kelas menengah serta volume transaksi yang tidak besar. Bila buka kebanyakan gerai dalam tempat yang belum siap, kami dapat kehilangan uang.

Indonesia salah satu penghasil kopi paling besar, sebegitu banyak kopi Indonesia yang di jual Starbucks dengan global?

Best seller di gerai Starbucks Indonesia ialah biji kopi Sumatera. Serta trend ini berlangsung di penjuru dunia. Gw tekankan, kopi Sumatera paling disenangi oleh customer Starbucks di penjuru dunia. Lebih disenangi dibanding kopi Brasil, Kolombia, atau Etiopia. Kopi Sumateradifavoritkan Howard Schultz, pendiri Starbucks. Untuk volume, susah untuk menghitungnya, sebab kami memakai kombinasi kopi dari beberapa negara. Tetapi dapat dipasti­kan, volumenya besar sekali.

Biodata

Nama: Anthony CottanUmur: 49 tahunJabatan: Direktur PT Sari Coffee Indonesia (Starbucks Indonesia) | Director Food and Beverage Concepts PT Partner Adiperkasa TbkKisah Pendidikan: Master Business Administration (MBA) Oxford Brookes Univer­sity (2010-2012) | Culinary Arts/Chef Pelatihan, South Downs Hampshire Hotel Management (1981-1984)

Kisah Pekerjaan DirekturPT Partner Adi Perkasa (2001-sekarang)General Manajer Rockwell Centre Manila (2000-2001)General Manajer ClubCorp (1995-2000)

"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar